Kamis, 09 Desember 2010

mengapa, hah?

entah kenapa, aneh rasanya mendengarmu akan mengunjungiku. ada apa denganmu? apa hanya karena rasa ingin tahu yang besar saja akan rumahku hingga kau tak punya pilihan lain selain berkunjung setelah kita berteman selama tiga tahun? begitu maksudmu? entahlah, hanya kau yang mampu menjawabnya.
aku bergegas pulang ke rumah, bersiap menyambutmu dengan senyum terhangat yang bisa aku berikan dan mungkin sedikit kudapan bila kau beruntung. tapi pada akhirnya, apa yang bisa aku berikan? sepertinya tak ada.
sesampainya di rumah, aku mengecek apakah ada sesuatu yang bisa disuguhkan ketika kamu datang nanti. nihil. alhasil aku hanya mencuci cangkir yang akan kamu pakai nanti sampai benar-benar terlihat cling.
tak ada makanan, tak ada apapun. aku pikir mungkin aku akan mengajakmu makan di luar saja nanti.
selebihnya, tak ada yang harus aku kerjakan. mataku lelah berkutat dengan mata kuliah yang menguras otak dan aku pun memilih untuk tidur sejenak.
sekitar satu jam aku tidur, tak ada tanda-tanda kedatanganmu, bahkan sebuah pesan singkat pun tak ada. apa kau batal mengunjungiku? mengapa tak memberiku kabar? jangan buat aku khawatir.
aku pun beranjak dari tidurku menuju beranda rumah. tak ada siapa-siapa. lebih tepatnya aku tak melihat batang hidungmu. belum.
aku mencoba memasak beberapa resep masakan dengan bahan yang ada di kulkas. sebenarnya aku tahu sebagian besar masakannya tak ada yang kau suka, terlalu banyak ikan dan kau tak menyukai itu. tapi tak apalah, daripada tak ada sama sekali pikirku.
sudah hampir dua jam tapi kau tak juga hadir. aku gelisah.
mendadak ada suara deru motor pelan yang mendekat. itukah dirimu? tapi setahuku kau tak memiliki motor dan aku pikir kau akan naik angkutan umum ke rumahku.
aku melongokkan kepala melalui pintu depan. dan ternyata benar itu dirimu, bersamanya, pacarmu.
deg. apa ini? ada apa denganku? mengapa senyum yang sudah aku siapkan tak berwujud? mengapa hanya gurat kesedihan yang sepertinya tampil di wajahku yang kini mendung?
aku pun mempersilahkan kalian masuk, tapi kalian enggan. mungkin kalian segan atau sungkan, aku tak tahu.
kau pun hanya turun dari motor dan berdiri di depan teras rumahku setelah memarkirkan motor kekasihmu, mengapa kau tak masuk? atau lebih tepatnya, mengapa kau membawanya, tak tahukah kau perasaanku? ya, kau pasti menganggapku wanita yang cukup kuat untuk melihat kalian. itu bisa dibilang makanan sehari-hariku. tapi, bisakah kau mengurangi frekuensiku melihat kalian berdua? aku cukup 'kenyang' melihatnya ketika kita bersekolah. apa saat kuliah seperti ini aku masih harus melihatnya?
kau langsung mengutarakan maksud kedatanganmu ke depan teras rumahku, ya hanya di depan teras. aku langsung mengambil sesuatu itu dan langsung menyerahkannya padamu. dan kau, kau langsung pamit. sopankah itu? atau mengapa begitu cepat?
tapi aku tak bisa menahanmu. dia masih setia menunggumu berurusan denganku di jok motornya.
kau pun berlalu dengan sepatah salam. dan selesai.
itu kunjungan pertamamu ke depan beranda rumahku. mungkinkah nanti kau akan benar-benar berkunjung ke rumahku? atau itu adalah kunjungan pertama dan terakhir kalinya?

dan kau, mengapa tidak datang sendiri? mengapa tidak mampir, setidaknya untuk minum secangkir air putih dari cangkir yang telah aku cuci? tak mengertikah kau perasaanku? aku tahu kau cukup pintar untuk sekedar mengerti apa yang terjadi selama tiga tahun ini. tak mungkin kau tak mengerti. terang-terangan aku menyukaimu. terang-terangan kau mengetahuinya. dan terang-terangan dia memakluminya. ada apa dengan kita bertiga, hah? terlalu terbukakah kita untuk saling mengetahuinya? apa yang harus aku lakukan? sebenarnya aku bosan dengan pertanyaan tak berbobot macam ini, tapi sungguh aku tak tahu apa yang mesti aku lakukan.
aku sudah mencoba melupakanmu sedari dulu, tapi tak ada guna. aku memaksa untuk menyukai orang lain, tapi hasilnya sama. dan akhirnya, aku hanya memmbiarkan perasaan ini hilang dengan sendirinya, biar perasaanku tahu rasa dan kapok mempertahankannya. tapi, apa aku benar membiarkan perasaan ini agar menghilang dengan sendirinya? atau malah membiarkan perasaan ini makin kuat? sepertinya aku membiarkan perasaan ini semakin kuat. lantas, apa yang harus aku lakukan? lagi-lagi pertanyaan lancang mengalir dari otakku. haruskah aku menghindar sampai ke luar kota seperti di film-film? atau haruskah aku mati? tidak, hidupku masih harus terus berjalan dengan baik walau kau terus memenuhi ruang di otak maupun hatiku.
hei kau, laki-laki yang entah mengapa kusukai, tak bosankah kau tinggal di otak dan hatiku secara bersamaan? tak bosankah kau mampir ke mimpi-mimpi malamku? tak bosankah kau bersikap baik padaku hingga aku berrpikiran tak ada alasan untuk berhenti mencintaimu?
ya, setelah pertanyaan-pertanyaan bodoh tak bermutu itu, akankah ada akhir yang bahagia? bila tak berakhir bahagia, mengapa kau masih berkeliling di kehidupanku? mengapa takdirku terlalu seperti ini? mengapa kau tak mencintaiku?

Kamis, 25 November 2010

dari si Tipi sampe Motto PMI

huaaaaah lama banget rasanya gue ga ngeblog :D (padahal ngeblog juga baru-baru ini haha). sebenernya hasrat ngeblog udah dari jauh-jauh hari terpendam hanya karena gada pulsa buat ngisi modem, begitu gue pikir. tapi nyatanya, setelah ada pulsa pun dan ngebuka entri baru, gue diem. mau nulis apa gue? gada inspirasi banget. gada yang menarik buat diumbar dalam minggu-minggu kemaren. hmm ada sih yang menarik, kayak waktu nonton Paranormal Activity 2 di rumah gue, cuma berdua ma si Sarah, temen SD gue yang juga jadi temen joinan gue buat bikin buku (ok gue ralat, sebenernya, gue yang ngejoin ke dia. begitu penuh bujuk rayu kata-katanya untuk ngajak gue haha *ternyata gue aset yang begitu berharga*) nah masalahnya, gue ga bisa menceritakan kehororan yang menyelimuti kami berdua ketika nonton tuh pelem. bahkan abis nonton tuh felem, kita agak-agak jadi parno ga jelas gitu lagi. pegangan kita saat itu cuma sisa snack rasa udang (yang seabis tuh makan ciki, mata gue perih ga jelas) dan lagu-lagu dari playlist di si Lepi. trus kemanakah si Tipi? tipi di rumah gue pada hari itu lagi ngambek. kan ceritanya mau nonton si PA 2 kan, nah buat dapet efek scary yang dramatis (dan itu sukses besar) gue tidurin si Tipi dan mulai berselingkuh dengan si Lepi. nah pas udahan pacaran ma si PA 2 dan hari mulai gelap serta orang-orang rumah belom pada balik, gue pun nyoba ngebangunin si Tipi. biasanya, si Tipi kalo udah ditoel-toel biar bangun terus ditinggalin dia bakal bangun sendiri. selang berapa lama, kok si Tipi ga bangun-bangun ya? dan gue mulai panik dan mikir "temen gue mau balik, udah malem, loading makin lemot, ngedenger playlist lagu bosen, oh God pertanda apa ini?" (ih kenapa jadi ngomongin si Tipi sih? ga penting banget) udah deh, pokoknya dengan jampe-jampe harupat geura gede geura lumpat, si Tipi pun sadar lagi dari tidur panjangnya dan gue selamat dari marabahaya perjurigan (tuh kan men, saking gada inspirasinya gue jadi ngomongin si Tipi panjang lebar, ga asik nih blog -__-)
tapi btw inspirasi, gue waktu itu pernah dapet amazing inspiration. jangan tebak gue dapet tuh inspirasi pas lagi boker coz nyatanya bukan gara-gara tuh boker otak gue jadi mendadak cemerlang (yayaya tanpa gue pungkiri, water closet memang sumber inspirasi gue yang teramat penting setelah tempat tidur beserta kasur dkk menduduki peringkat pertama) ini lain men, gue dapet inspirasinya pas lagi di angkutan umum alias angkot di jakarta dan lagi sesek-seseknya penumpang. nah, kok bisa sih gue dapet inspirasi gitu di tengah kondisi yang ga memungkinkan? ya, Allah emang punya cara tersendiri mengirimkan sesuatu pada umatnya.
jadi, waktu itu gue duduk kedua dari pojok di bangku empat. di depan gue ada bapa-bapa (aga indo kalo kata mata gue mah) cakep, tapi reman. ada tato gede di tangannya men. di sampingnya ada anak cowoknya, kayaknya masih SMP gitu. terus, dimana ispirasinya? mendadak mata gue menjerat jari tuh bocah (jari?) yup, jari. di jarinya ada darah ngalir. kayaknya kebeset gitu (kebeset? apaan tuh? hmm soek kitulah saeutik) terus apa hubungannya darah dengan inspirasi? apakah nenek uyutnya dari kakak bapanya si darah adalah kakek iparnya dari si nenek uyut ibunya si inspirasi? oh tidak, silsilah mereka tidak se-complicated itu. darah yang ngalir itu, udah nyetrum otak gue secara ga langsung dan gue mendadak cengar-cengir sendiri di angkot. darah itu memunculkan sebuah ide brilian buat jadi kunci yang menegangkan dan dilematis di proyek novel  gue (bersama Kumi yang tak kunjung selesai dan di ambang re-write sebelum waktunya). but, i can't tell that inspiration karena kalo gue ceritain sekarang ga bakalan seru nanti kalo sampe novelnya beredar luas di pasar internasional (amin ya Allah ya Rabb).
so, akhirnya gue alamin sendiri motto PMI yang kurang lebih berbunyi "setetes darah anda sangat berguna bagi mereka yang membutuhkan". itu terbukti, men. jangan remehkan sebuah kalimat ece-ece yang dianggap biasa karena siapa tau dari kalimat ece-ece itu, masa depan kita akan terlihat lebih cerah nanti. gue buktinya!

Rabu, 10 November 2010

pukul lima

Tanggal 18 September 2010.
Hari ini pun tiba, hari yang tidak aku harapkan. Aku tidak ingin hari ini ada, sungguh.

Aku berdiri menunggunya di depan pagar sekolah. Sebuah teriakan riang membuyarkan lamunanku.

"Sayang!"
"Oh, hai sayang. Kamu lama banget sih. Aku pegel nih nunggunya."
"Maaf ya sayangku," Bima mengacak-acak poniku, "tadi aku ketemu si Doni dulu."
"Mau ngapain si Doni ketemu kamu? Tumben. Dia kan musuh bebuyutan kamu."
"Dia minta maaf ma aku tadi."
"Oya? Kok bisa?"
"Bisalah, aku kan melet dia tadi malem biar dia minta maaf duluan ke aku, aku cape musuhan ma dia."
"Ih kamu mah malah becanda. Yaudah, mau kemana nih hari ini?"
"Hmm kita makan dulu yuk, laper nih."
"Ok."

Kami pun menyusuri trotoar sambil bercanda riang. Terkadang Bima memainkan kunciranku dan mengacak-acak poniku (lagi), sebuah kebiasaan buruk yang anehnya dapat membuat hatiku berpelangi.

"Pak, biasa ya. Soto mienya 2, yang satu -"
"Ga pake tomat, yang satu lagi ga pake kol." sela Pak Gukguk cepat.
Bima tersenyum, "minumnya -"
"Satu jus alpuket ekstra dingin dan satu jus mangga ga dingin, bener kan?" tebak Pak Gukguk yakin.
"Bapak kok bisa apal gitu sih? Hebat." Bima menunjukkan kesalutannya dengan mengangkat ibu jarinya ke udara.
"Ya gimana Bapak ga apal, wong Mas Bima ama Mba Astrid tiap minggu makan di sini." ungkap Bu Gukguk yang sedari tadi sibuk mengiris daging di samping sang suami.
"Mba Astridnya kenapa tuh mas? Tumben ga ikut berkicau." cekikikan kecil membuntuti kata-kata Bu Gukguk.
"Dia tuh ngambek, Bu karena ga dibayar ma Ibu dan Bapak. Liat aja tuh, tiap ke sini dia rajin banget ngelapin meja pake tissue tapi ga digaji, ya kan yang?" ujar Bima dengan tawa ditahan.
"Ah Mas Bima nih ada-ada aja."

Pak Gukguk dan istrinya kembali sibuk menyiapkan soto bagi pelanggan-pelanggannya. Warung tenda pinggir jalan Pak Gukguk memang terkenal seantero Jalan Sari Pahlawan. Selain rasa soto mienya yang lezat dan harganya yang terjangkau, para penjualnya pun ramah pada para pelanggan. Tak aneh bila Bima dan Astrid tak kapok kembali ke tempat itu.

"Kamu kenapa sih yang, kok diem aja?" tanya Bima sedikit serius.
Aku tak menjawab, aku masih terlalu sibuk dengan pikiranku.

"Pukul 5 sore, di sini. Kita akhiri semuanya." Aaaaarrggghhh kata-katanya seolah berteriak di telingaku.

"Yang?"
"Oh iya, ah itu pesenan kita datang. Ayo makaaaan." ujarku berpura-pura semangat. Aku tahu, pasti Bima merasakan keanehan dariku hari ini. Kami makan dengan keadaan hening dalam suasana ramai di pinggir jalan.

Selesai makan dan membayar, Bima menarik tanganku. Ia tak melepaskan cengkramannya sampai kami tiba di toko es krim. Dia pintar mengalihkan kesedihanku, itu yang membuat aku menyukainya. Dia mengerti apapun tanpa aku menjelaskannya.
Bima masuk ke toko es krim, meninggalkanku sendiri di depan etalase toko. Beberapa menit kemudian, Bima keluar dengan es krim coklat dan vanilla di masing-masing tangannya. Ia memberikan es krim coklat padaku dan kembali menarik tanganku.

Kami sampai di taman kota. Ia mendudukkanku di tepi danau, membiarkanku sibuk menjilati es krim. Bima duduk di sebelahku, memandangiku. Mendadak ia merogoh tasnya, mengeluarkan kamera digital yang tak pernah absen dibawanya setiap hari.

"Astriiid." panggil Bima. Sontak aku menoleh padanya dan Bima sukses memotretku yang sedang menjilati es krim. Mataku menyipit. Tiba-tiba Bima mencolek es krimnya dan menyentuh lembut pipiku membuat pipiku belepotan es krim.
"Bimaaa!" Aku marah tapi aku juga senang.

Aku mencolek es krimku dan bersiap menyerang Bima, tapi Bima bangkit dan berlari mundur.
Aku mengejarnya sambil tertawa, sedangkan dia terus memotretku sambil berlari.
Sungguh momen yang tidak ingin aku lakukan dengan orang lain.
Aku hanya ingin dia.
Aku hanya ingin Bima.

"Ahh." Bima tersandung batu dan dia terjatuh tapi aku malah tertawa.
"Kau memang ditakdirkan untuk tidak lari dariku."
Aku pun mencolek es krim lagi dan mencoret kulit pipinya yang sawo matang. Ia sudah pasrah, telentang di atas rumput dengan sedikit terengah-engah bercampur tawa.

Setelah berhasil mencoret wajahnya, aku ikut telentang di sampingnya, memandang langit sore yang memerah. Anginnya membuat aku terbuai. Dan awan-awan membentuk sebuah wajah yang sangat aku cintai, Bima.

"Pukul 5 sore, di sini. Kita akhiri semuanya." Kembali kata-kata itu melintas di kepalaku.

"Aku akui, aku memang tak bisa lari dari kamu, sayang." Aku menoleh pada Bima. Siluet wajahnya indah ditempa sinar mentari. Aku diam, berusaha membaca pikirannya.

Apa yang dia pikirkan sekarang? Apa dia ingat hari ini? Aku tak ingin mengakhirinya. Seandainya Bima bisa membaca pikiranku.

Aku melirik jam tangan kulitku. Pukul 16:47.
Sebentar lagi.

Bima bangun, duduk. Ia meraih tanganku, membuatku duduk menghadapnya. Kuda-kuda dalam dadaku sedang berlarian tanpa kontrol, hentakannya terlalu keras, membuatku sesak.

"Astrid," Bima mengambil ancang-ancang.

Tuhan, aku tidak siap.

"Beberapa menit lagi, kita akan mengakhirinya," Bima mengatur nafasnya perlahan.

Tuhan, please, berhentikan waktu dalam sepersekian detik, ubah takdirku hari ini. Atau setidaknya, perlambat waktu, ijinkan aku mempersiapkan diri mendengarnya. Aku tidak ingin ini terjadi.

Bima mengangkat pergelangan tangan kirinya, lalu ia mendesah pasti. Tangannya merajalela ke jari-jari tangan kiriku. Ia menyentuh cincin yang melingkar di jari manisku. Cincin yang ia sematkan dua tahun lalu di taman belakang sekolah.

"Astrid, sesuai perjanjian kita," Aku tak kuasa mendengarnya, telingaku terasa ciut. Aku memejamkan mata, antara tak ingin melihat matanya yang berbicara dan menyembunyikan buliran bening yang mulai membasahi pelupuk mataku.
"masa berlaku cincin ini sudah habis, tepat di hari ini, pukul 5, di sini." Bima melonggarkan cincin itu dari jariku. Melepasnya perlahan dan cincin itu bebas dari tempatnya melingkar. Air mataku mengalir tanpa perintah dan aku semakin tertunduk, tak sanggup mendengar apapun lebih dari itu.
"Sesuai permintaanmu dua tahun lalu, kita mengakhirinya," Tangisku pun pecah, aku tak mampu membendungnya. Aku menarik tanganku paksa, berusaha melepaskan genggaman Bima. Tapi tangan Bima lebih kuat menahan tanganku. Aku tak bisa pergi, aku harus menerima resikonya dan mengakui takdir.

Suasana hening memberiku kesempatan untuk mengulang masa itu. Masa dimana Bima memintaku menjadi pacar gadungannya hanya demi menghindari perjodohan keluarganya. Dan dengan bodohnya, aku menyanggupinya. Di hari ini, aku menyesal telah menyanggupinya, andai saja aku tak menyanggupinya waktu itu, aku tak akan terjerumus ke dalam surga cintanya yang sesaat dan berakhir tragis seperti ini.

Aku masih belum membuka mata ketika Bima berbicara lagi, "Tapi," mendadak sesuatu yang dingin menjalar pelan di kulit jari manis tangan kiriku.

"Ini cincin yang berlaku sekarang dan seterusnya."

Aku membuka mata dan melihat sebuah cincin putih bertahtakan satu permata kecil yang berkelap-kelip terpantul mentari sore berada di jariku.

"Aku mencintaimu, Astrid." Air mataku jatuh tak tertahankan dan aku pun tersenyum secara bersamaan. Aku memeluknya erat seolah tak ingin sedetik pun melepasnya dan Bima membalas pelukanku sambil mengacak-acak rambutku.

Bima memang laki-lakiku. Laki-laki yang mengerti apapun tanpa aku berucap.

waraskah saya?

apa kalian tau? gue jatuh, berkali-kali, bahkan teramat sering. anehnya, gue tidak pernah merasakan sakit sedikitpun. apa ada kelainan pada tubuh gue sehingga gue ga bisa ngerasain sakit?
ya, sepertinya ada kelainan dalam tubuh gue, karena gue tuh jatuh cinta! *(-__-") konyol, minta ditimpuk pake bata nih yang nulis*
yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah, dengan siapa gue jatuh cinta? anda penasaran bukan? *ohh sungguh sangat tidak penting untuk penasaran dengan siapa si 'gue' jatuh cinta*
ok, ini bukan tentang gue yang jatuh cinta sebenarnya pada seseorang yang real ada di kehidupan gue, berkeliaran kesana kemari, hilir mudik di depan mata gue dan mengharuskan gue untuk berfikir "oh God, harus dengan modus apalagi aku merebut perhatiannya?"
ini tentang betapa kagumnya gue pada para lelaki ini. kagum dengan segala apa yang mereka miliki, terutama ketampanan *yaa, si 'gue' ternyata normal, wajar bukan?*
para lelaki itu adalah, jeng jeng ..

1. Robert Pattinson
pertama kali gue liat nih cowok di film Twilight. ketika dia lagi adegan baru masuk cafe, kan slow motion tuh pas dia lewat, beuh itu otak gue langsung mikir "sumpah ya, kok jelek gini pemeran utamanya?" *sungguh pemikiran yang amat polos, maklum saat itu saya masih bocah* sampai pada si film berakhir pun, gue masih ga ngerti kenapa dia bisa kepilih buat jadi pemeran utamanya. filmnya pun ga bagus-bagus amat gitu, tapi gue heran kenapa orang-orang sangat menggembar-gemborkannya. karena rasa penasaran yang besar, gue pun memilih untuk membaca buku supertebelnya dengan bermodalkan minjem pada teman baik hati, Tari. Twilight ini, ada empat seri bukunya dan semuanya gue telen bulet-bulet.
and you know what i feel later? i love Robert Pattinson so much muah muah deh haha. sesungguhnya, gue cuma suka dia sebagai karakter Edward Cullen aja yang lembut, romantis, protect, tapi juga bisa garang, rraawwrr .. di kehidupan aslinya, toh dia sangatlah jorok. bayangkan, dia jarang mandi *orang ganteng jarang mandi, apa kata dunia? tapi orang ganteng tetaplah orang ganteng, mau dia belepotan cubluk juga tetep aja ganteng* dan dia perokok berat. gue ga suka cowok tukang ngeroko, badannya bisa jadi super bau.
tapi, inilah poin plusnya. dia pintar membuat lagu, bermain musik, dan bernyanyi. perempuan mana yang ga kelepek-kelepek coba?

2. Jude Law
film The Holiday kalo ga salah judulnya, di situ wajahnya sangat sangat amat menyenangkan. wajah tampannya sederhana, damai banget *huuaaaaa rasanya hati ini ingin menjerit >.<* ngeliatnya cuma bisa bikin speechless gimanaaaaaa gitu. mata + senyumnya nya yang membuat gue love at the first sight. matanya BAGUS BANGET MEN !!
liat aja sendiri,  bener kaaaan ?? *yang ga bilang ya, gue gebuk pake bantal*
belum lagi, dia itu seorang .. *hmm sebenarnya gue lupa dia itu seorang apa, entah sutradara atau produser* yaaa apapun itu, berarti dia tajir kan? hmm sungguh poin plus yang tak bisa dielakkan.

3. Ashton Kutcher
look !  apa yang terlintas di pikiran anda sekarang? kegantengannya? ya itu udah pasti, tapi gue ga bakal ngebahas kegantengan orang yang harusnya ga diipertanyakan lagi. kalian liat tubuh six pack-nya? sungguh memikat bukan?
perutnya berbidang disana-sini, proporsional sekali. jarang-jarang loh gue suka ma cowok yang badannya six pack *bener deh, ane ga mau tau urusan ente tentang seberapa sukanya ente ma orang berperut six pack*
tau kenapa gue suka ma perut six pack yang dimiliki Ashton Kutcher? *ane ga tau* karena badannya ga gede dan mengecil banget di bagian pinggul. kalo ngeliat yang dari bahu keker tapi pas ke pinggul mah menciut, uuuhh itu sangat merusak mata buat gue.
jadi kesimpulannya, sungguh beruntung Demi Moore memiliki seorang Ashton Kutcher seutuhnya. i'm happy with you dah haha.

4. Jang Geun Seok
karakternya sebagai Hwang Tae Kyung di serial drama Korea You're Beautiful really really make me falling in love buat kesekian kalinya. di situ, dia sangat sangat mencuri hati gue. liat aja *sebelumnya, maaf kalo gue ga nampilin gambar solo dia karena menurut gue, cuma gambar ini yang bener-bener bisa menggambarkan apa yang gue sukai dari dia* dia manis bukan? lihat wajah tengilnya. beuuuuuuh walau kata sebagian (besar) orang dia itu 'jelek' *sebenarnya saya tidak mengerti jeleknya dia sebelah mana, kesalahan ada di mata gue yang mulai rabun atau mata mereka mulai katarak? hanya Tuhan yang tau* gue tetep memandang dia sebagai makhluk Tuhan yang begiiituuuuuuu indah.
jujur, gue memang menyukai laki-laki yang bertampang ganteng mengesalkan, jutek, nyebelin, bahkan agak galak yang biasanya sebenarnya mereka-mereka itu (laki-laki tak berbudi pekerti itu) lembut, perhatian, dan terkadang romantis *haha saya jadi curcol nih* tak tertampung rasa kekaguman gue ke dia.
dia yang bikin gue speechless jungkir-balik, dia yang bikin gue nangis uncontroll, dan cuma dia yang bisa ngehibur gue dari jarak ratusan bahkan ribuan kilometer sekalipun dia hanya diam mematung. sesuai ma judul dramanya, "You're Beautiful, baby.."

5. Choi Si Won
tuh bener kan dia ganteng? ganteng yang amat tak terkira. pertama gue liat (gambar) ni orang waktu acara ultah Melly, gue dicekokin Super Junior sama Utti. katanya gue harus suka SuJu, terus milih mana yang paling ganteng. nah diantara 13 orang personel yang jantan-jantan semua, gue menunjuk Si Won.
udah itu, gue lupa kan tuh ya karena gue tidak terkontaminasi berlebih dengan Suju. sampai pada suatu hari, Rere ngasih gue websitenya FanFiction khusus yang nama tokoh-tokohnya diambil dari nama personel Suju. Rere mah tidak seperti Utti yang meracuni gue, dia cuma menyuguhkan sejuta cerita fiksi buat gue dari tuh website karena dia tau banget gue suka baca cerita *bisa dibaca sampe mampus tuh, banyak banget*
nah setelah keseringan baca, akhirnya gue penasaran juga, muka personelnya kayak gimana sih sampe banyak pensnya gitu? gue pun googling gambarnya dari nama-nama personel yang cuma beberapa gue apal, termasuk Si Won. dan pas gue liat.. ya Tuhan, saya lemes *mimisan ga ya waktu itu?* GANTENG BANGET MEN!!! dia yang paling ganteng menurut gue di anatara personel SuJu yang lain *yayaya dengan Kyuhyun yang meraih posisi dua, saya akui ketampanan dia*

6. Jonas Rivanno Wattimena
nah yang ini mah urang Endonesa *iya deh campuran Londo-Jerman-Ambon* tapi buah cinta kedua orang tuanya bagus bukan? cakep dah. apalagi kalo make kacamata, beuuuuh.
memang gue menyukai dia dari sebelum-sebelumnya, tapi jujur gue makin men'cintai'nya sejak dia hadir ke dalam mimpi gue. biasanya gue minta sama Allah biar ga dikasih mimpi, i need some rest, God. mimpi bisa bikin kita gelisah ga karuan, cape mikir di dalem mimpi. mending kalo tuh mimpi indah, coba kalo mimpi sedih atau bahkan serem, siapa yang bakal tau perasaan kita saat dikejar-kejar pocong berambut kuntilanak misalnya? gada kan selain kita? makanya gue berdoa buat ga dikasih mimpi.
tapi Allah emang baik. sekalinya ngasih mimpi, mimpinya indah banget. Jonas Rivanno men, artis tis tis. di mimpi itu, dia bahagiaaaaaaaaa banget di samping gue *cukup ahh berbagi kebahagiaan tentang mimpi gue, biar cuma gue sama Allah aja yang tau gimana indahnya*
 *demi apapun, saya sirik dengan Agnes Monica, huhu karena chemistry seperti inilah yang 'kami' alami ketika dia hadir di mimpi gue* pokoknya, semenjak mimpi itu, gue selalu nyempet-nyempetin buat nonton sinetron terbaru dia, Kemilau Cinta Kamila haha konyol memang. dan sejak saat itu, gue jadi tertarik sama cowok berkacamata. oh oh oh.. haha

itulah kecintaan saya pada orang-orang hebat ini, tapi sepertinya cukup panjang untuk diceritakan satu per satu, so cukup segitu aja deh yaaa. yang saya pikirkan ketika berkaca adalah, wajarkah gue menyukai orang-orang yang jauh dari jangkauan tangan gue? waraskah gue mendramatisir ini semua? gue cuma berharap, Allah mengabulkan apa yang gue mau tanpa gue katakan. karena gue tau, keajaiban datang buat orang-orang yang percaya. berharap ketemu? bisa aja, who knows?

Sabtu, 18 September 2010

aster's dreamer: hug and kiss

aster's dreamer: hug and kiss: "gue berdiri di dpn'y . degdegan , bingung , takut , campur aduk . 'gue mw ngomng . .' kata gue . lakilaki yg berdiri d hadapan gue diem , sd..."

Jumat, 17 September 2010

part 5

minggu ini Anin membawa sebuket bunga liar yg dipetiknya di jalanan saat menuju pemakaman . bunganya cantik sekali , berwarnawarni bagai pelangi di balik plastik bening bercorak pita yg membungkusnya .

tak ada firasat buruk apaapa saat Anin meninggalkan makam Adit , tapi Anin melihat lakilaki itu lagi .

kali ini dia memakai topi baseball , jaketnya lebih lusuh dari yg minggu kemarin , tapi tangannya masih di balik jaket - pasti nmenyembunyikan bunga itu , aku harus lebih berhatihati sekarang -

"ini bunganya" si lakilaki tak menatap Anin . tangannya menjulur dari balik jaket dan setangkai mawar putih berada di ujungnya .
"saya ga mau beli bunga mas" ucap Anin sambil berjalan lurus .
"gratis" si lelaki mengikuti Anin dengan malas .
"saya ga suka bunga"
si lelaki tersenyum meremehkan , "aneh"
"apa ? kamu mengatakan saya apa tadi ?" Anin terhenti dari langkahnya , berbalik menghadap si lelaki .
"saya bilang mba aneh , puas ?" ikut berhenti , mata si lelaki mendelik .
"maksud kamu apa , hah ?"
"sekarang pikir , mana ada perempuan yg ga suka bunga ?"
"ada . saya . kenapa ? keberatan kalau ada yg tidak suka bunga seperti saya ?"
"sshh ! susah ngomong sama mba , nih" si lelaki meraih kasar tangan Anin dan membenamkan setangkai mawar itu di genggamannya .
"saya ga mau mas"
"udah terima aja , pegang lima menit . kalau masih ga suka , buang sendiri"
"kamu aja yg buang , kamu kan tau saya ga suka bunga"
"saya ga mau ngebuang bunga lagi" si lelaki berbalik dan berlari menjauh meninggalkan Anin yg kebingungan .
"yg aneh itu kamu !" teriak Anin pada punggung si lelaki .

bunga itu masih di tangan Anin , dia bingung memandang mawar yg merekah itu - tak ada bedanya dengan mawarmawar lain -

Anin membuang mawar itu tanpa hati dan berjalan pulang . tapi belum sampai lima meter , langkahnya terhenti . pikirannya seolah dipanggil oleh sesuatu . dia berbalik dan melihat mawar itu masih tergeletak di sana .

mawar itu memanggilnya .

Anin setengah berlari menghampiri sang mawar , memungutnya , dan mencium harumnya . wangi .

Anin tersenyum , mendadak hatinya lebih berwarna . Anin pun berjalan kembali , pulang membawa setangkai mawar putih .

part 4

setangkai white lily menjadi aksesori cantik di atas jubah rumput hijau segar dengan batu nisan sebagai mahkotanya .

Anin hanya diam sambil sesekali tersenyum memandangi makam almarhum kekasihnya . hatinya berkomatkamit menyatakan sesuatu yg tak bisa diungkapkan . karena dia tau , sedikit saja dia membuka mulutnya, bibirnya akan mulai bergetar dan dia akan menangis . Anin tidak mau menangis di depan Adit , sekalipun di depan makamnya .

sebuah kecupan membekas di ujung batu nisan . Anin menciumnya sesaat sebelum dirinya bangkit untuk pergi .

itulah rutinitas Anin tiap Sabtu sore . dirinya perlahan belajar untuk mengotakkan kenangan mereka berdua dalam peti kayu berhias taburan bunga dan bintang , menyegelnya , mengunci rapat , dan membuang kuncinya jauhjauh ke samudera hatinya yg terdalam agar tak ada seorang pun yg bisa menemukannya dan membukanya kembali untuk membangkitkan lagi rasa cintanya pada Adit .

Anin berjalan di sisi kanan jalan raya yang lengang sambil memeluk beberapa buku tebal . berkalikali ia menengok ke balik punggungnya , melihat apakah ada bis yg lewat . tapi nihil .

saat kepalanya kembali ke posisi semula , seorang lakilaki berdiri jauh di depannya . lakilaki itu berdiri menghadap sisi kiri jalan , tertunduk . jemari tangannya bersembunyi di balik jaket abu polosnya . langkah Anin meragu .

- hmm mencurigakan -.-" tapi biarlah , ga penting juga -

Anin kembali melangkah pasti . tapi jantungnya normal . dia berdebardebar , itu tak bisa dibohongi dan sangtlah wajar bukan ?

ketika menyalip di depan lakilaki itu , Anin tak sempat melihat seberapa garang wajahnya . ia hanya sempat mengendus aroma bunga - cemen sekali dia , aroma perempuan - setelah berhasil melewatinya dengan aman , arena pacuan kuda di dada Anin segera ditutup . Anin merogoh saku di tas kecilnya , mengambil headset untuk mendengarkan penyiar gendut kesayangannya , Mr. Ang Redup dari ponselnya .

tapi ..

"mba , bunganya"
"ah?" Anin menengok dan yg memanggilnya tadi adalah lakilaki itu .
"ini mba , bunganya" si lelaki menyodorkan setangkai mawar putih yang baru saja merekah . ia tersenyum , manis . tapi sayang , Anin tidak tergoda .
"oh , ga . makasih" ucap Anin sambil tersenyum masam . kakinya melangkah lagi .
"saya ngasih buat mba , gratis" si lelaki mengejar , dia berlari kecil menyusul Anin yg berjalan cepat .
"ga , makasih"
"ayolah mba .."
"ga usah" Anin melongok ke balik punggungnya lagi dan sebuah bis melaju dari kejauhan .

Anin berhenti dan segera melambaikan tangan cepatcepat .

"apa salahnya sih mba nerima bunga dari saya ?" nada si lelaki frustasi .
"tapi sayanya ga mau , ngerti ?"

bis berhenti tepat di depan Anin , dia melompat cepat untuk masuk dan segera duduk , "orang gila macam apa dia ? memaksa orang lain menerima bunga darinya . apa maksudnya coba ?"

"tidakkah dia mengerti arti dari setangkai mawar putih bagi orang seperti dirinya ?" si lelaki berucap kesal tanpa terdengar oleh Anin yg sudah menjauh . si lelaki pun berbalik dan membuang mawar putih itu .

part 3 *adit's letter*

my dearest Anin ,

maaf kalo aku bikin surat kacangan kayak gini ya sayang , sungguh memang bukan jaman'y lagi . tapi aku ga bakal sanggup liat reaksi kamu pas aku ceritain ini semua . aku memang pengecut , maaf .

sayang , sekitar setengah taun lalu , aku didiagnosa dokter terkena kanker hati . penyakit yg dalam arti sempit'y diakibatkan karena sebuah kata yg sepele . kecapean . konyol memang , tapi itu kenyataan'y .

garagara penyakit itu , aku harus minum obat tiap 3 jam , sungguh memuakkan . itu pula yg menyebabkan kita jarang ketemu .

bukan karena aku ga mau kamu ngeliat aku bolakbalik ke kamar mandi untuk sekedar minum beberapa butir obat . tapi karena aku ga mau kamu ngeliat aku ambruk di depan kamu .

aku harus memastikan kalo kondisi tubuh aku cukup fit untuk ketemu kamu selama beberapa jam . aku ga mau nurutin ego aku dengan maksain diri ketemu kamu pas kondisi aku ga fit .

sayang'y , setiap kita ketemu , kamu selalu ngambek . tapi gapapa , memang itu yg aku kangenin dari kamu . ya , ambekan kamu , kerutan kening kamu , bibir kamu yg mengerucut , bahkan aku kangen cara kamu mengikat asal rambutmu .

kamu cantik sayang , dilihat darimanapun .

aku tau , cepat ato lambat kamu bakal tau ini semua , tapi aku berusaha kamu akan tau ini semua selambatlambatnya . kamu akan jadi orang terakhir yg tau ini semua .

maaf kalo aku ga pamit dengan baik , aku cuma mau kamu ga menyadari bahwa aku pergi untuk beberapa saat hanya untuk berobat . sebentar kok .

tunggu aku di rumah mungilmu , sebentar saja . karena sebentar lagi , aku akan kembali . pasti .

*Tuhan , terimakasih karena telah menciptakan dia untukku , sungguh hadiah yg tak mungkin bisa aku bayar dengan apapun*

untuk harihari yg udah kita lewati , untuk hari ini , dan untuk harihari yg akan kita lewati dengan senyum kebahagiaan , terimakasih ya sayang , untuk semuanya .

i love you , puffy ku yg cantik :)


- surat konyol , bodoh :') i love you too ayam ku yg tengil -

part 2

11 Januari 2010

Adit duduk termenung di bangku taman berwarna putih kusam . jari panjang'y menyisiri tepian binder yg dipangku sejak 12 menit yg lalu .

Adit melirik jam tangan kulit'y untuk kesekian kali , gelisah . bibir pink pucat'y mulai digigiti .

"Adit , ada apa sih meminta aku ke sini soresore gini ? kamu kan tau aku banyak tugas"

Adit tersadar dari lamunan'y ketika seorang gadis yg kini tengah cemberut , duduk di samping'y sambil sedikit terengahengah .

"sebentar aja koq"

tangan Anin mulai bersilang di depan dada , menahan amarah'y . sekilas mata'y melirik Adit yg sudah duduk menghadap'y .

"Anin sayang , aku minta kita ketemuan bukan buat ngedenger kamu ngambek"

"terus ?" Anin menghadap Adit , mata'y meyelidik .

"aku punya pertanyaan"

"apa ?" tangan Anin mengendur dari posisi'y , mata'y memandang bingung .

Adit diam , menarik nafas pelan .

"kalau aku mati , apa kamu bakal nangis ?"

Anin terkejut .
"haha pertanyaan konyol apa - "

"jawab , Anin"

wajah Anin mendadak sedih . raut bingung dan cemas bercampur jelas di garis wajah'y .

"ada apa Adit ? udah hampir 5 bulan kamu aneh kayak gini . cerita ma aku"

"tolong kamu jawab pertanyaan aku" suara Adit terdengar tegas tapi pelan .

"mm tentu aku akan menangis sejadijadinya , bodoh"

"jangan"

"jangan apa ? nangis ?"

"ya , kamu jangan menangis sejadijadinya . tapi menangislah seperlunya . jangan buat aku bersedih dengan melihatmu mengeluarkan air mata kesedihan nanti"

Anin terdiam , tangan'y mencoba menggenggam tangan Adit .

- apa yg terjadi dengan Adit , Tuhan ? jelaskan padaku - dada Anin seraya bergetar , bulu mata'y tak kuasa menahan tetesan bening yg sedari tadi menggelayut . tetes demi tetes air mata mengalir pelan .

Adit tersenyum kecil - sangat kecil hampir tak ada beda'y kala dy diam . ibu jari'y merayap ke pipi Anin , menghapus aliran air mata yg menodai keindahan raga jelita yg ia cintai .

bibir Adit mendekat , mencium bibir mungil Anin yg mulai bergetar .

air mata Anin semakin mengalir tanpa perintah diiringi dengan kedatangan hujan .

Anin hampir melepas ciuman'y sebelum Adit menahan'y .

"hujan~" ucap Anin tersengal diantara kecupan .

tibatiba tangan Adit meraih binder , membuka'y , dan memegang'y di atas kepala mereka berdua . menjadikan'y payung dadakan .

Adit masih terus mencium Anin ketika jemari Anin mencoba merengkuh dagu tegas Adit .

- aku takut ini akan menjadi hal yg terakhir , Anin -


seminggu yg lalu . ya , tepat seminggu yg lalu Adit menanyakan hal bodoh itu kepada gadis yg kini tengah bersandar di tepian ranjang tidur sambil memandang ke luar jendela beranda kamar'y .

lagu penyanyi solo dari Ambon - Glenn Fredly - bertajuk Januari mengalun pelan dari radio di meja kecil .

- Adit , aku ga nangis , tapi aku terlalu bingung - tibatiba Anin tersadar dari sandaran lemah'y .

ia membungkuk , mencaricari sesuatu di bawah tempat tidur'y .

sesuatu itu telah ditemukan .

selembar kertas berwarna biru . surat pertama dan terakhir Adit untuk diri'y ..

part 1

part 1

by Nurul Ayu Oktavianti on Thursday, 16 September 2010 at 21:12
tok .. tok .. tok ..
tok .. tok ..
"iya sebentar , sabaar" sahutan ringan dari dalam rumah mungil terdengar .
ceklek - kenop pintu berputar .
lelaki berambut hitam yg agak gondrong itu tersenyum kecil .
gadis yg kini terbengongbengong hanya diam sambil mematahkan kepalanya .
sang lelaki mendesah , lalu menelengkan kepalanya , mengajak keluar .
kening gadis itu berkerut dan bibirnya sedikit mengerucut .
"sebentar aja" ucap lelaki itu pelan , menyakinkan .
setelah beberapa detik menyipitkan mata dgn penuh keheranan , si gadis menutup pintu dan menguncinya .
"ayo" sambil menekuk tangannya di depan perut , tubuh si lelaki berputar .
sebelah tangan si gadis menyelinap di antara ruang kosong yg disediakan tangan tadi .
mereka hanya berjalan sebentar , sekitar 5 langkah dari daun pintu .
lalu setelah mereka menginjak anak tangga keempat , sang lelaki diam , dia duduk .
"ayo duduk , kita tak akan pergi jauh dari rumah mungilmu" begitu penjelasan si lelaki ketika air muka kebingungan si gadis bertambah jelas .
"ada apa sih ?"
"aku mau berbicara sedikit serius" wajah si lelaki berubah dingin , pandangannya lurus menatap jalanan .
"bicara apa ?"
"mmh , nona Salsabila Anindya Lotusyaf , " si lelaki menarik nafas pelan , pandangannya berpindah ke mata si gadis , jemarinya menggenggam tangan si gadis erat .
"iya ?"
"boleh aku meminta satu hal padamu ?"
"apa ?" suaranya lembut , pandangan matanya teduh .
"peluk aku"
lagilagi wajah Anin
menunjukkan kebingungan , tapi ia membiarkan kedua tangannya melebar , memberi ruang bagi tubuh si lelaki .
si lelaki langsung memeluk tubuh kecil di sampingnya , erat dan hangat .
"ada apa sebenarnya , Adit ?" kepala Anin bersandar di bahu Adit , tangannya mengusap punggung Adit lembut .
hening
10 menit , waktu yg dirasa cukup untuk Adit memeluk Anin , ia melepas pelukannya .
"ada apa sayang ?"
Adit tidak menjawab , ia malah merogoh sakunya .
secarik kertas .
"apa itu ?"
"katakan padaku , bahwa kau berjanji untuk membacanya ketika aku hilang dari pandanganmu" kata Adit sambil meletakkan kertas biru muda itu di telapak tangan Anin .
"tapi , kertas apa - "
JELEGEEEERR
hujan rintik datang tanpa permisi ketika Adit menaruh telunjuknya di bibir Anin .
lalu ia melihat langit dan tersenyum kecil .
"sudah waktunya"
"waktu apa ? aku ga ngerti , dit"
"waktunya untuk pulang , hujan" ucap Adit sambil tersenyum jahil .
ia bangkit , menggapai kepala Anin dan mencium keningnya sekilas .
Adit menuruni sisa anak tangga perlahan dan Anin bergerak menuju pintu , sibuk membukanya .
suara tapakan kaki Adit ke tanah basah terdengar nyaring .
ketika pintu berhasil di buka , ketika itu pula suara yg berbeda mendominasi .
BRUUGG !!
Anin menoleh , mencari tahu .
"Adiiiiiitt !!" yg ia dapati adalah Adit jatuh tersungkur di tanah .

hug and kiss

gue berdiri di dpn'y . degdegan , bingung , takut , campur aduk .
"gue mw ngomng . ." kata gue .
lakilaki yg berdiri d hadapan gue diem , sdikit b'pikir .
"ada apa?" tngan'y mulai masuk k dlam saku .
satu per satu bulir keringat sbesar biji jagung menetes di ujung" rmbut gue .
"mm gue ,, gue cinta ma lo . ."
lantas , wajah gue tertunduk . kdua belah tangan gue mengepal , bergetar .
gue nangis . antara haru dan lega .
lamalama bahu gue itu bergetar (anjrit , pzt ni org udh cengarcengir ni liat gue kyk gni !)
dan dugaan gue kyk'y bener , dy cengarcengir meremehkan . itu terdngar dr suara'y (sial !)
dan dalam htungan satu detik , tngan'y udh mrangkul gue .
membuat gue jatuh k dada'y .
gue diem , sempet nahan nafas .
(apa gue mimpi?)
saat gue bernafas lagi , dy malah ngelus" rambut gue , membuat gue nangs lebih kencang .
gada suara slain tngis gue pz itu .
dy ga b'usaha buat nenangin gue (co apaan twh kyk gt?!)
stlah brapa lama , tangs gue akhr'y mereda .
dy ngerenggangin plukan'y .
(okey , saat tu jg gue bru sdar kalo t'nyta gue klamaan dpluk , sesek nafas jg gue .)
gue msh nunduk , ga sanggup de liat mata ngejek'y dy .
tbatba tngan'y mgang bahu gue yg msh sdikit b'getar .
gue yg lg sibuk nyusut ingus dn airmata , jd klimpungan , salting .
jarijari'y menyntuh dagu gue , brusaha menegakkan wjah gue dgn lembut .
dgn malumalu kucing akhr'y gue cm sanggp ngeliat bibir'y .
"liat mata gue ." ucapnya pelan .
(okey gue ngalah , gue liat ni mata lo)
pz gue liat mata'y , mata'y mash mata yg sama . mata bintang .
antara heran dan bingung , wajah gue mengekspresikan p'tnyaan "trus apa?"
dy senyum , manis .
"aku juga mencintaimu , sayang . ."
kontan gue speechless .
gue senyamsenyum asem , antara bhagia dan bingung .
diantara getaran senyum gue , dy menyelipkan sesuatu .
kecupan kecil yg manis , yg membuat gue berhenti bernafas selama beberapa detik .