Kamis, 25 November 2010

dari si Tipi sampe Motto PMI

huaaaaah lama banget rasanya gue ga ngeblog :D (padahal ngeblog juga baru-baru ini haha). sebenernya hasrat ngeblog udah dari jauh-jauh hari terpendam hanya karena gada pulsa buat ngisi modem, begitu gue pikir. tapi nyatanya, setelah ada pulsa pun dan ngebuka entri baru, gue diem. mau nulis apa gue? gada inspirasi banget. gada yang menarik buat diumbar dalam minggu-minggu kemaren. hmm ada sih yang menarik, kayak waktu nonton Paranormal Activity 2 di rumah gue, cuma berdua ma si Sarah, temen SD gue yang juga jadi temen joinan gue buat bikin buku (ok gue ralat, sebenernya, gue yang ngejoin ke dia. begitu penuh bujuk rayu kata-katanya untuk ngajak gue haha *ternyata gue aset yang begitu berharga*) nah masalahnya, gue ga bisa menceritakan kehororan yang menyelimuti kami berdua ketika nonton tuh pelem. bahkan abis nonton tuh felem, kita agak-agak jadi parno ga jelas gitu lagi. pegangan kita saat itu cuma sisa snack rasa udang (yang seabis tuh makan ciki, mata gue perih ga jelas) dan lagu-lagu dari playlist di si Lepi. trus kemanakah si Tipi? tipi di rumah gue pada hari itu lagi ngambek. kan ceritanya mau nonton si PA 2 kan, nah buat dapet efek scary yang dramatis (dan itu sukses besar) gue tidurin si Tipi dan mulai berselingkuh dengan si Lepi. nah pas udahan pacaran ma si PA 2 dan hari mulai gelap serta orang-orang rumah belom pada balik, gue pun nyoba ngebangunin si Tipi. biasanya, si Tipi kalo udah ditoel-toel biar bangun terus ditinggalin dia bakal bangun sendiri. selang berapa lama, kok si Tipi ga bangun-bangun ya? dan gue mulai panik dan mikir "temen gue mau balik, udah malem, loading makin lemot, ngedenger playlist lagu bosen, oh God pertanda apa ini?" (ih kenapa jadi ngomongin si Tipi sih? ga penting banget) udah deh, pokoknya dengan jampe-jampe harupat geura gede geura lumpat, si Tipi pun sadar lagi dari tidur panjangnya dan gue selamat dari marabahaya perjurigan (tuh kan men, saking gada inspirasinya gue jadi ngomongin si Tipi panjang lebar, ga asik nih blog -__-)
tapi btw inspirasi, gue waktu itu pernah dapet amazing inspiration. jangan tebak gue dapet tuh inspirasi pas lagi boker coz nyatanya bukan gara-gara tuh boker otak gue jadi mendadak cemerlang (yayaya tanpa gue pungkiri, water closet memang sumber inspirasi gue yang teramat penting setelah tempat tidur beserta kasur dkk menduduki peringkat pertama) ini lain men, gue dapet inspirasinya pas lagi di angkutan umum alias angkot di jakarta dan lagi sesek-seseknya penumpang. nah, kok bisa sih gue dapet inspirasi gitu di tengah kondisi yang ga memungkinkan? ya, Allah emang punya cara tersendiri mengirimkan sesuatu pada umatnya.
jadi, waktu itu gue duduk kedua dari pojok di bangku empat. di depan gue ada bapa-bapa (aga indo kalo kata mata gue mah) cakep, tapi reman. ada tato gede di tangannya men. di sampingnya ada anak cowoknya, kayaknya masih SMP gitu. terus, dimana ispirasinya? mendadak mata gue menjerat jari tuh bocah (jari?) yup, jari. di jarinya ada darah ngalir. kayaknya kebeset gitu (kebeset? apaan tuh? hmm soek kitulah saeutik) terus apa hubungannya darah dengan inspirasi? apakah nenek uyutnya dari kakak bapanya si darah adalah kakek iparnya dari si nenek uyut ibunya si inspirasi? oh tidak, silsilah mereka tidak se-complicated itu. darah yang ngalir itu, udah nyetrum otak gue secara ga langsung dan gue mendadak cengar-cengir sendiri di angkot. darah itu memunculkan sebuah ide brilian buat jadi kunci yang menegangkan dan dilematis di proyek novel  gue (bersama Kumi yang tak kunjung selesai dan di ambang re-write sebelum waktunya). but, i can't tell that inspiration karena kalo gue ceritain sekarang ga bakalan seru nanti kalo sampe novelnya beredar luas di pasar internasional (amin ya Allah ya Rabb).
so, akhirnya gue alamin sendiri motto PMI yang kurang lebih berbunyi "setetes darah anda sangat berguna bagi mereka yang membutuhkan". itu terbukti, men. jangan remehkan sebuah kalimat ece-ece yang dianggap biasa karena siapa tau dari kalimat ece-ece itu, masa depan kita akan terlihat lebih cerah nanti. gue buktinya!

Rabu, 10 November 2010

pukul lima

Tanggal 18 September 2010.
Hari ini pun tiba, hari yang tidak aku harapkan. Aku tidak ingin hari ini ada, sungguh.

Aku berdiri menunggunya di depan pagar sekolah. Sebuah teriakan riang membuyarkan lamunanku.

"Sayang!"
"Oh, hai sayang. Kamu lama banget sih. Aku pegel nih nunggunya."
"Maaf ya sayangku," Bima mengacak-acak poniku, "tadi aku ketemu si Doni dulu."
"Mau ngapain si Doni ketemu kamu? Tumben. Dia kan musuh bebuyutan kamu."
"Dia minta maaf ma aku tadi."
"Oya? Kok bisa?"
"Bisalah, aku kan melet dia tadi malem biar dia minta maaf duluan ke aku, aku cape musuhan ma dia."
"Ih kamu mah malah becanda. Yaudah, mau kemana nih hari ini?"
"Hmm kita makan dulu yuk, laper nih."
"Ok."

Kami pun menyusuri trotoar sambil bercanda riang. Terkadang Bima memainkan kunciranku dan mengacak-acak poniku (lagi), sebuah kebiasaan buruk yang anehnya dapat membuat hatiku berpelangi.

"Pak, biasa ya. Soto mienya 2, yang satu -"
"Ga pake tomat, yang satu lagi ga pake kol." sela Pak Gukguk cepat.
Bima tersenyum, "minumnya -"
"Satu jus alpuket ekstra dingin dan satu jus mangga ga dingin, bener kan?" tebak Pak Gukguk yakin.
"Bapak kok bisa apal gitu sih? Hebat." Bima menunjukkan kesalutannya dengan mengangkat ibu jarinya ke udara.
"Ya gimana Bapak ga apal, wong Mas Bima ama Mba Astrid tiap minggu makan di sini." ungkap Bu Gukguk yang sedari tadi sibuk mengiris daging di samping sang suami.
"Mba Astridnya kenapa tuh mas? Tumben ga ikut berkicau." cekikikan kecil membuntuti kata-kata Bu Gukguk.
"Dia tuh ngambek, Bu karena ga dibayar ma Ibu dan Bapak. Liat aja tuh, tiap ke sini dia rajin banget ngelapin meja pake tissue tapi ga digaji, ya kan yang?" ujar Bima dengan tawa ditahan.
"Ah Mas Bima nih ada-ada aja."

Pak Gukguk dan istrinya kembali sibuk menyiapkan soto bagi pelanggan-pelanggannya. Warung tenda pinggir jalan Pak Gukguk memang terkenal seantero Jalan Sari Pahlawan. Selain rasa soto mienya yang lezat dan harganya yang terjangkau, para penjualnya pun ramah pada para pelanggan. Tak aneh bila Bima dan Astrid tak kapok kembali ke tempat itu.

"Kamu kenapa sih yang, kok diem aja?" tanya Bima sedikit serius.
Aku tak menjawab, aku masih terlalu sibuk dengan pikiranku.

"Pukul 5 sore, di sini. Kita akhiri semuanya." Aaaaarrggghhh kata-katanya seolah berteriak di telingaku.

"Yang?"
"Oh iya, ah itu pesenan kita datang. Ayo makaaaan." ujarku berpura-pura semangat. Aku tahu, pasti Bima merasakan keanehan dariku hari ini. Kami makan dengan keadaan hening dalam suasana ramai di pinggir jalan.

Selesai makan dan membayar, Bima menarik tanganku. Ia tak melepaskan cengkramannya sampai kami tiba di toko es krim. Dia pintar mengalihkan kesedihanku, itu yang membuat aku menyukainya. Dia mengerti apapun tanpa aku menjelaskannya.
Bima masuk ke toko es krim, meninggalkanku sendiri di depan etalase toko. Beberapa menit kemudian, Bima keluar dengan es krim coklat dan vanilla di masing-masing tangannya. Ia memberikan es krim coklat padaku dan kembali menarik tanganku.

Kami sampai di taman kota. Ia mendudukkanku di tepi danau, membiarkanku sibuk menjilati es krim. Bima duduk di sebelahku, memandangiku. Mendadak ia merogoh tasnya, mengeluarkan kamera digital yang tak pernah absen dibawanya setiap hari.

"Astriiid." panggil Bima. Sontak aku menoleh padanya dan Bima sukses memotretku yang sedang menjilati es krim. Mataku menyipit. Tiba-tiba Bima mencolek es krimnya dan menyentuh lembut pipiku membuat pipiku belepotan es krim.
"Bimaaa!" Aku marah tapi aku juga senang.

Aku mencolek es krimku dan bersiap menyerang Bima, tapi Bima bangkit dan berlari mundur.
Aku mengejarnya sambil tertawa, sedangkan dia terus memotretku sambil berlari.
Sungguh momen yang tidak ingin aku lakukan dengan orang lain.
Aku hanya ingin dia.
Aku hanya ingin Bima.

"Ahh." Bima tersandung batu dan dia terjatuh tapi aku malah tertawa.
"Kau memang ditakdirkan untuk tidak lari dariku."
Aku pun mencolek es krim lagi dan mencoret kulit pipinya yang sawo matang. Ia sudah pasrah, telentang di atas rumput dengan sedikit terengah-engah bercampur tawa.

Setelah berhasil mencoret wajahnya, aku ikut telentang di sampingnya, memandang langit sore yang memerah. Anginnya membuat aku terbuai. Dan awan-awan membentuk sebuah wajah yang sangat aku cintai, Bima.

"Pukul 5 sore, di sini. Kita akhiri semuanya." Kembali kata-kata itu melintas di kepalaku.

"Aku akui, aku memang tak bisa lari dari kamu, sayang." Aku menoleh pada Bima. Siluet wajahnya indah ditempa sinar mentari. Aku diam, berusaha membaca pikirannya.

Apa yang dia pikirkan sekarang? Apa dia ingat hari ini? Aku tak ingin mengakhirinya. Seandainya Bima bisa membaca pikiranku.

Aku melirik jam tangan kulitku. Pukul 16:47.
Sebentar lagi.

Bima bangun, duduk. Ia meraih tanganku, membuatku duduk menghadapnya. Kuda-kuda dalam dadaku sedang berlarian tanpa kontrol, hentakannya terlalu keras, membuatku sesak.

"Astrid," Bima mengambil ancang-ancang.

Tuhan, aku tidak siap.

"Beberapa menit lagi, kita akan mengakhirinya," Bima mengatur nafasnya perlahan.

Tuhan, please, berhentikan waktu dalam sepersekian detik, ubah takdirku hari ini. Atau setidaknya, perlambat waktu, ijinkan aku mempersiapkan diri mendengarnya. Aku tidak ingin ini terjadi.

Bima mengangkat pergelangan tangan kirinya, lalu ia mendesah pasti. Tangannya merajalela ke jari-jari tangan kiriku. Ia menyentuh cincin yang melingkar di jari manisku. Cincin yang ia sematkan dua tahun lalu di taman belakang sekolah.

"Astrid, sesuai perjanjian kita," Aku tak kuasa mendengarnya, telingaku terasa ciut. Aku memejamkan mata, antara tak ingin melihat matanya yang berbicara dan menyembunyikan buliran bening yang mulai membasahi pelupuk mataku.
"masa berlaku cincin ini sudah habis, tepat di hari ini, pukul 5, di sini." Bima melonggarkan cincin itu dari jariku. Melepasnya perlahan dan cincin itu bebas dari tempatnya melingkar. Air mataku mengalir tanpa perintah dan aku semakin tertunduk, tak sanggup mendengar apapun lebih dari itu.
"Sesuai permintaanmu dua tahun lalu, kita mengakhirinya," Tangisku pun pecah, aku tak mampu membendungnya. Aku menarik tanganku paksa, berusaha melepaskan genggaman Bima. Tapi tangan Bima lebih kuat menahan tanganku. Aku tak bisa pergi, aku harus menerima resikonya dan mengakui takdir.

Suasana hening memberiku kesempatan untuk mengulang masa itu. Masa dimana Bima memintaku menjadi pacar gadungannya hanya demi menghindari perjodohan keluarganya. Dan dengan bodohnya, aku menyanggupinya. Di hari ini, aku menyesal telah menyanggupinya, andai saja aku tak menyanggupinya waktu itu, aku tak akan terjerumus ke dalam surga cintanya yang sesaat dan berakhir tragis seperti ini.

Aku masih belum membuka mata ketika Bima berbicara lagi, "Tapi," mendadak sesuatu yang dingin menjalar pelan di kulit jari manis tangan kiriku.

"Ini cincin yang berlaku sekarang dan seterusnya."

Aku membuka mata dan melihat sebuah cincin putih bertahtakan satu permata kecil yang berkelap-kelip terpantul mentari sore berada di jariku.

"Aku mencintaimu, Astrid." Air mataku jatuh tak tertahankan dan aku pun tersenyum secara bersamaan. Aku memeluknya erat seolah tak ingin sedetik pun melepasnya dan Bima membalas pelukanku sambil mengacak-acak rambutku.

Bima memang laki-lakiku. Laki-laki yang mengerti apapun tanpa aku berucap.

waraskah saya?

apa kalian tau? gue jatuh, berkali-kali, bahkan teramat sering. anehnya, gue tidak pernah merasakan sakit sedikitpun. apa ada kelainan pada tubuh gue sehingga gue ga bisa ngerasain sakit?
ya, sepertinya ada kelainan dalam tubuh gue, karena gue tuh jatuh cinta! *(-__-") konyol, minta ditimpuk pake bata nih yang nulis*
yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah, dengan siapa gue jatuh cinta? anda penasaran bukan? *ohh sungguh sangat tidak penting untuk penasaran dengan siapa si 'gue' jatuh cinta*
ok, ini bukan tentang gue yang jatuh cinta sebenarnya pada seseorang yang real ada di kehidupan gue, berkeliaran kesana kemari, hilir mudik di depan mata gue dan mengharuskan gue untuk berfikir "oh God, harus dengan modus apalagi aku merebut perhatiannya?"
ini tentang betapa kagumnya gue pada para lelaki ini. kagum dengan segala apa yang mereka miliki, terutama ketampanan *yaa, si 'gue' ternyata normal, wajar bukan?*
para lelaki itu adalah, jeng jeng ..

1. Robert Pattinson
pertama kali gue liat nih cowok di film Twilight. ketika dia lagi adegan baru masuk cafe, kan slow motion tuh pas dia lewat, beuh itu otak gue langsung mikir "sumpah ya, kok jelek gini pemeran utamanya?" *sungguh pemikiran yang amat polos, maklum saat itu saya masih bocah* sampai pada si film berakhir pun, gue masih ga ngerti kenapa dia bisa kepilih buat jadi pemeran utamanya. filmnya pun ga bagus-bagus amat gitu, tapi gue heran kenapa orang-orang sangat menggembar-gemborkannya. karena rasa penasaran yang besar, gue pun memilih untuk membaca buku supertebelnya dengan bermodalkan minjem pada teman baik hati, Tari. Twilight ini, ada empat seri bukunya dan semuanya gue telen bulet-bulet.
and you know what i feel later? i love Robert Pattinson so much muah muah deh haha. sesungguhnya, gue cuma suka dia sebagai karakter Edward Cullen aja yang lembut, romantis, protect, tapi juga bisa garang, rraawwrr .. di kehidupan aslinya, toh dia sangatlah jorok. bayangkan, dia jarang mandi *orang ganteng jarang mandi, apa kata dunia? tapi orang ganteng tetaplah orang ganteng, mau dia belepotan cubluk juga tetep aja ganteng* dan dia perokok berat. gue ga suka cowok tukang ngeroko, badannya bisa jadi super bau.
tapi, inilah poin plusnya. dia pintar membuat lagu, bermain musik, dan bernyanyi. perempuan mana yang ga kelepek-kelepek coba?

2. Jude Law
film The Holiday kalo ga salah judulnya, di situ wajahnya sangat sangat amat menyenangkan. wajah tampannya sederhana, damai banget *huuaaaaa rasanya hati ini ingin menjerit >.<* ngeliatnya cuma bisa bikin speechless gimanaaaaaa gitu. mata + senyumnya nya yang membuat gue love at the first sight. matanya BAGUS BANGET MEN !!
liat aja sendiri,  bener kaaaan ?? *yang ga bilang ya, gue gebuk pake bantal*
belum lagi, dia itu seorang .. *hmm sebenarnya gue lupa dia itu seorang apa, entah sutradara atau produser* yaaa apapun itu, berarti dia tajir kan? hmm sungguh poin plus yang tak bisa dielakkan.

3. Ashton Kutcher
look !  apa yang terlintas di pikiran anda sekarang? kegantengannya? ya itu udah pasti, tapi gue ga bakal ngebahas kegantengan orang yang harusnya ga diipertanyakan lagi. kalian liat tubuh six pack-nya? sungguh memikat bukan?
perutnya berbidang disana-sini, proporsional sekali. jarang-jarang loh gue suka ma cowok yang badannya six pack *bener deh, ane ga mau tau urusan ente tentang seberapa sukanya ente ma orang berperut six pack*
tau kenapa gue suka ma perut six pack yang dimiliki Ashton Kutcher? *ane ga tau* karena badannya ga gede dan mengecil banget di bagian pinggul. kalo ngeliat yang dari bahu keker tapi pas ke pinggul mah menciut, uuuhh itu sangat merusak mata buat gue.
jadi kesimpulannya, sungguh beruntung Demi Moore memiliki seorang Ashton Kutcher seutuhnya. i'm happy with you dah haha.

4. Jang Geun Seok
karakternya sebagai Hwang Tae Kyung di serial drama Korea You're Beautiful really really make me falling in love buat kesekian kalinya. di situ, dia sangat sangat mencuri hati gue. liat aja *sebelumnya, maaf kalo gue ga nampilin gambar solo dia karena menurut gue, cuma gambar ini yang bener-bener bisa menggambarkan apa yang gue sukai dari dia* dia manis bukan? lihat wajah tengilnya. beuuuuuuh walau kata sebagian (besar) orang dia itu 'jelek' *sebenarnya saya tidak mengerti jeleknya dia sebelah mana, kesalahan ada di mata gue yang mulai rabun atau mata mereka mulai katarak? hanya Tuhan yang tau* gue tetep memandang dia sebagai makhluk Tuhan yang begiiituuuuuuu indah.
jujur, gue memang menyukai laki-laki yang bertampang ganteng mengesalkan, jutek, nyebelin, bahkan agak galak yang biasanya sebenarnya mereka-mereka itu (laki-laki tak berbudi pekerti itu) lembut, perhatian, dan terkadang romantis *haha saya jadi curcol nih* tak tertampung rasa kekaguman gue ke dia.
dia yang bikin gue speechless jungkir-balik, dia yang bikin gue nangis uncontroll, dan cuma dia yang bisa ngehibur gue dari jarak ratusan bahkan ribuan kilometer sekalipun dia hanya diam mematung. sesuai ma judul dramanya, "You're Beautiful, baby.."

5. Choi Si Won
tuh bener kan dia ganteng? ganteng yang amat tak terkira. pertama gue liat (gambar) ni orang waktu acara ultah Melly, gue dicekokin Super Junior sama Utti. katanya gue harus suka SuJu, terus milih mana yang paling ganteng. nah diantara 13 orang personel yang jantan-jantan semua, gue menunjuk Si Won.
udah itu, gue lupa kan tuh ya karena gue tidak terkontaminasi berlebih dengan Suju. sampai pada suatu hari, Rere ngasih gue websitenya FanFiction khusus yang nama tokoh-tokohnya diambil dari nama personel Suju. Rere mah tidak seperti Utti yang meracuni gue, dia cuma menyuguhkan sejuta cerita fiksi buat gue dari tuh website karena dia tau banget gue suka baca cerita *bisa dibaca sampe mampus tuh, banyak banget*
nah setelah keseringan baca, akhirnya gue penasaran juga, muka personelnya kayak gimana sih sampe banyak pensnya gitu? gue pun googling gambarnya dari nama-nama personel yang cuma beberapa gue apal, termasuk Si Won. dan pas gue liat.. ya Tuhan, saya lemes *mimisan ga ya waktu itu?* GANTENG BANGET MEN!!! dia yang paling ganteng menurut gue di anatara personel SuJu yang lain *yayaya dengan Kyuhyun yang meraih posisi dua, saya akui ketampanan dia*

6. Jonas Rivanno Wattimena
nah yang ini mah urang Endonesa *iya deh campuran Londo-Jerman-Ambon* tapi buah cinta kedua orang tuanya bagus bukan? cakep dah. apalagi kalo make kacamata, beuuuuh.
memang gue menyukai dia dari sebelum-sebelumnya, tapi jujur gue makin men'cintai'nya sejak dia hadir ke dalam mimpi gue. biasanya gue minta sama Allah biar ga dikasih mimpi, i need some rest, God. mimpi bisa bikin kita gelisah ga karuan, cape mikir di dalem mimpi. mending kalo tuh mimpi indah, coba kalo mimpi sedih atau bahkan serem, siapa yang bakal tau perasaan kita saat dikejar-kejar pocong berambut kuntilanak misalnya? gada kan selain kita? makanya gue berdoa buat ga dikasih mimpi.
tapi Allah emang baik. sekalinya ngasih mimpi, mimpinya indah banget. Jonas Rivanno men, artis tis tis. di mimpi itu, dia bahagiaaaaaaaaa banget di samping gue *cukup ahh berbagi kebahagiaan tentang mimpi gue, biar cuma gue sama Allah aja yang tau gimana indahnya*
 *demi apapun, saya sirik dengan Agnes Monica, huhu karena chemistry seperti inilah yang 'kami' alami ketika dia hadir di mimpi gue* pokoknya, semenjak mimpi itu, gue selalu nyempet-nyempetin buat nonton sinetron terbaru dia, Kemilau Cinta Kamila haha konyol memang. dan sejak saat itu, gue jadi tertarik sama cowok berkacamata. oh oh oh.. haha

itulah kecintaan saya pada orang-orang hebat ini, tapi sepertinya cukup panjang untuk diceritakan satu per satu, so cukup segitu aja deh yaaa. yang saya pikirkan ketika berkaca adalah, wajarkah gue menyukai orang-orang yang jauh dari jangkauan tangan gue? waraskah gue mendramatisir ini semua? gue cuma berharap, Allah mengabulkan apa yang gue mau tanpa gue katakan. karena gue tau, keajaiban datang buat orang-orang yang percaya. berharap ketemu? bisa aja, who knows?