Kamis, 10 Maret 2011

you and me part 1

BRUKK~
Setumpuk kertas berdebum ringan bersentuhan dengan meja di depan seorang gadis yang tengah bertopang dagu menatap jalanan dari balik jendela di tempat duduknya. Chocoffee Whiskey beriak kecil di samping tumpukan kertas itu.
“Nih,” seorang laki-laki berkemeja kotak-kotak biru dengan lengan kemeja digulung hingga ke siku, terduduk lemas sembari mengatur nafasnya, duduk di sisi lain meja yang memisahkan mereka.
“Itu semua hasil ketikan aku yang isinya komen buat semua cerita fiksi sok-sok romantis kamu itu.” jelas laki-laki itu dengan mata terpejam.
Si gadis tersenyum lalu sebelah tangannya teracung, “Satu Milo Mint.” ucapnya setengah berteriak pada waitress yang berdiri di depan bar counter.
“Makasih ya udah mau repot-repot buat aku, Dewa sayang,” si gadis mengusap punggung tangan Dewa lembut. Dewa langsung terduduk tegap, matanya tersenyum, “Gak apa-apa. Selama aku masih bisa bantu kamu, kenapa gak, Ara-ku.”
Mereka saling melempar senyum sampai sang waitress muncul membawa nampan dengan satu gelas tinggi di atasnya. Dewa segera menyeruput minumannya, Ara tersenyum melihat wajah-kehausan-nyaris-dehidrasi kekasihnya.
Ara memang sering meminta Dewa untuk menuliskan komentar pada setiap cerita yang ditulisnya karena ia ingin Dewa tahu apa yang sebenarnya ada di pikirannya jika sedang bersama Dewa. Cerita sok romantis, begitu kata Dewa. Padahal itu adalah wujud keinginan Ara. Tapi Dewa tak pernah mengerti maksud terselubungnya.
“Akhir minggu ini kita makan seafood yuk!” Ara berujar dengan girang, sudah lama ia tak makan makanan laut.
“Aduh, kamu lupa sesuatu ya?” kata Dewa dengan kening berkerut.
“Ah tidak, aku tidak lupa kalau kamu ga suka seafood, tapi pasti ada satu dua menu berbau ayam. Ayolaaaah.” bujuk Ara.
“Ya ya ya, kita ke sana akhir minggu nanti.” jawab Dewa masam. Ponsel di sebelah gelas tinggi tiba-tiba berdering. Telepon masuk.
“Halo? Ah ya aku lupa. Sebentar lagi aku sampai.” Telepon ditutup, bersamaan dengan itu wajah Ara bertekuk.
“Latihan lagi?” suara Ara terdengar lirih dan enggan.
Dewa mengusap punggung tangan kekasihnya, “Maaf ya sayang, aku harus pergi. Sampai jumpa akhir minggu nanti.” Dewa pun pergi meninggalkan Ara yang kesal setengah mati.
Dewa sering seperti itu. Lupa jadwal sehingga sering mengganggu kencannya dengan Ara. Dewa yang seorang vokalis merangkap sebagai gitaris di sebuah band indie, East Sea, mengharuskannya latihan paling tidak dua kali dalam seminggu.
Keduanya menyadari mereka bukanlah pasangan yang seharusnya berpasangan karena mereka berdua terbilang pesibuk. Dewa sebagai personil band harus selalu latihan dan belum lagi manggung di berbagai tempat, tak jarang East Sea dapat panggilan dari luar kota. Dan Ara, dia penulis yang karya sudah diterima di kalangan remaja lokal. Menulis sebuah cerita memang tak membutuhkan banyak waktu di luar, tapi acara semacam bedah buku dan wawancara singkat sering memakan waktunya.
Mereka mencoba untuk saling pengertian.
Sedikit waktu yang kau miliki
Luangkanlah untukku harap secepatnya
Datangi aku
Ponsel Ara berdering dengan lantunan suara hatinya. Ia hanya melirik ponselnya yang tergeletak di samping laptop. Ia sedang malas untuk menerima telepon. Malam ini ia hanya ingin memandangi langit-langit rumahnya sembari memikirkan laki-laki yang mengganggu imajinasinya sampai jatuh tertidur.
Tapi ponselnya tak berhenti bordering, dengan malas ia bangun dari posisinya dan mengambil ponselnya. Sebelum ia berhasil menggapainya, ponselnya berhenti berdering.
Ara melihat siapa yang meneleponnya tengah malam begini. Di layar tertera “One Missed Call From IkanAsinBabo”
Ara melempar ponselnya ke atas ranjang dan merebahkan tubuhnya. Ponselnya bergetar.
Lagi-lagi dengan malas Ara meraih ponselnya.
From: IkanAsinBabo
Aku tahu kamu belum tidur. Kenapa ga diangkat? Kamu marah sama aku? Maaf u_u
Ara melempar ponselnya lagi. Ponselnya bergetar.
From: IkanAsinBabo
Jangan marah u_u
Ara tak bergeming.
From: IkanAsinBabo
Kamu mau denger aku main keys gak?
Aish, dasar bodoh. Aku bete gini mau dimainin keys? Mau bikin aku nangis tengah malem hah? Ara mengacak-acak rambutnya.
To: IkanAsinBabo
Kamu mau bikin aku nangis tengah malem gini? Udah tahu aku lagi bete sama kamu.

From: IkanAsinBabo
Jadi kamu ga mau denger? Yaah, padahal aku baru bisa mainin lagu ini pake keys. Kalo kamu mau denger, kamu bakal jadi orang pertama yang aku tunjukin. Tapi kamu ga mau, hmm telepon Sarah aja deh. Dia pasti mau dengerin aku. Yaudah sana tidur. Met malem, Sayang :*

To: IkanAsinBabo
Ah yayaya, aku mau denger.
Dewa tahu kalau Ara tidak akan mudah merelakan kekasihnya memainkan lagu untuk perempuan lain. Jurus ini selalu berhasil. Ponsel Ara kembali bordering, kali ini ia mengangkatnya. Sebelum ponselnya sampai menyentuh telinga, Ara menarik nafas pelan.
Baru ia membuka mulutnya untuk mengucapkan sebuah sapaan, sebuah dentingan tuts sudah terdengar. Tak lama, suara yang ia kenal memenuhi ruang telinganya.
Ku sadari kesalahan ini
Yang membuat segalanya telat jadinya
Oh kasihku
Ku harap kau mau
Memaafkan menerima pengakuanku
Jangan kau diam lagi
Ku tak sanggup menahan
Bicaralah oh sayang jiwa ini tak tenang
Ara membekap mulutnya dengan sebelah tangannya, menahan sebuah erangan keluar dari kerongkongannya. Tapi air matanya yang mewakili erangan itu.
Cinta jangan kau pergi
Tinggalkan diriku sendiri
Cinta jangan kau lari
Apalah arti hidup ini tanpa cinta dan kasih sayang
Suara Dewa menghilang, meninggalkan melodi keys mengalun sendirian dan mendadak terhenti. Ara tersadar dan cepat-cepat menghapus air matanya.
“Udah ah, jelek. Permainan keys aku ga bagus.” ujar Dewa di seberang sana.
“Engga kok, bagus. Aku suka. Makasih ya.” jawab Ara dengan tangan yang sibuk menyusut air mata dengan selimut yang dipegangnya.
“Engga, permainan aku jelek. Aku ga berbakat main keys.”
“Mau permainan keys kamu sejelek apapun, aku bakalan tetep ngasih tepuk tangan paling meriah buat kamu.”
Dewa tersenyum, “Makasih ya. Eh tapi kamu ga nangis kan?”
“Pertanyaan bodoh, nangislah.”
Senyum dewa hilang sekejap berganti dengan wajah bersalah, “Maaf, lain kali aku ga bakal nyanyi sambil mainin keys malem-malem buat kamu deh.”
“Ah gak, gak. Aku suka kok. Gak apa-apa.”
“Bener?”
“Bener ikan asinkuuuu.” nada manja mulai terdengar dari suara Ara.
“Baguslah kalau gitu ikan puffy-kuuuu. Udah hampir jam dua belas, mending kamu tidur gih. Besok ada acara bedah buku kan?”
“Iyaaa.” jawab Ara lemah semabri memelintir ujung sarung bantalnya.
“Yaudah sana tidur.”
“Kamu juga, tidur. Jangan main game terus. Aku gak suka.”
Dewa diam, Ara benar-benar tahu apa yang akan dilakukan kekasihnya setelah menutup telepon ini nanti, “Sebentar aja kok, ok ok? Udah deh sana kamu tidur. Malem, Sayang :*”
Ara mendesah pelan, “Ya, malem juga. Jangan main terlalu lama. Cepat tidur dan jangan bermimpi.”
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar